HOT SITE CLICK HERE BERPERANG DI JALAN ALLAH. | Islam For All
Breaking News
Loading...
Wednesday, January 1, 2014

BERPERANG DI JALAN ALLAH.







( Al-Nisa’ 4:71-76)

Setelah Allah SWT, menyuruh kita agar beribadat hanya kepadaNya dan jangan melakukan syirik, agar menjalin hubungan baik dengan kaum kerabat, jiran tetangga, anak yatim dan fakir miskin, hukum-hakam perkahwinan dan pembahagian harta pusaka, maka pada ayat berikut ini Allah menjelaskan pula tentang hukum-hakam peperangan dan bagaimana seharusnya kita memelihara agama kita dari ancaman musuh.

Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama (Al-Nisa': Ayat 71)

Di dalam ayat ini Allah menyuruh kita agar sentiasa berwaspada dan bersiap siaga dari kejahatan musuh. Umat Islam seharusnya memiliki kekuatan sendiri, yang walaupun tidak lebih kuat tetapi minima setanding dengan kekuatan mereka. Hakikat ini tersirat di dalam perintah Abu Bakar As-Siddiq kepada Khalid Bin Walid (ra) di dalam perang Al-Yamamah1:

Perangilah mereka dengan senjata yang mereka pergunakan untuk memerangi kamu, perang dengan pedang, panah dengan panah.


Sikap berwaspada terhadap tipu muslihat musuh dan bersiap siaga dari kejahatan mereka tidak bercanggah dengan keyakinan kita terhadap Qadha’ dan Qadar serta konsep tawakkal, juga tidak bertentangan dengan hadis daripada ‘Aisyah r.a.:”Kewaspadaan tidak akan dapat menolak taqdir” (Riwayat Al-Hakim). Memang tepat sekali ungkapan ini, kerana kewaspadaan hanyalah usaha kita mengambil sebab, bukanlah penentu dan pemutus tetapi kita juga mesti yakin bahawa bersikap waspada adalah dituntut oleh syara’ dan ia termasuk iman kepada Taqdir. Malahan Allah SWT menyuruh umat Islam membuat persiapan menghadapi musuh:

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya.

[Al-Anfal 8:60]

Adapun maksud ungkapan: ”…dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama” mengandungi isyarat tentang taktik dan strategik yang perlu diambil ketika menghadapi musuh agar disesuaikan dengan keadaan dan kekuatan mereka.

Dan sesungguhnya di antara kamu ada orang yang sangat berlambat-lambat (ke medan pertempuran). Maka jika kamu ditimpa musibah ia berkata: “Sesungguhnnya Tuhan telah menganugerahkan ni’mat kepada saya kerana saya tidak ikut berperang bersama mereka”(Al-Nisa': Ayat 72)

Di dalam ayat ini Allah SWT mendedahkan sikap sebahagian umat Islam yang lemah iman dan orang-orang munafikin. Golongan yang lemah iman akan berlambat-lambat ke medan pertempuran kerana sifat pengecut mereka menghadapi musuh, sedangkan golongan munaffik memang benci kepada Islam dan penganutnya, mereka tidak suka dengan kejayaan Islam, mereka bukan saja berlambat-lambat menyahut seruan melawan musuh untuk menegakkan ajaran Islam, malahan berusaha keras untuk menghalang orang Islam lainnya daripada berjuang untuk Islam.

Sikap golongan ini seperti kata pepatah “pandai menangguk ikan di air keruh”, mereka pandai mengeksploitasikan keadaan. Jika umat Islam mengalami kekalahan di dalam pertempuran melawan musuh, mereka sangat bergembira dan berkata: “Sesungguhnya Tuhan telah menganugerahkan ni’mat kepada kami kerana kami tidak ikut berperang bersama mereka”. Mereka bersyukur dan beranggap kekalahan umat Islam itu sebagai ni’mat dari Allah kerana dirinya terselamat daripada kebinasaan, padahal bagi pejuang yang gugur tersedia ganjaran yang besar di sisi Allah berkat kesabarannya.

Dan sesungguhnya jika kamu beroleh karunia (kemenangan) dari Allah, tentulah dia mengatakan seolah-olah belum pernah ada hubungan kasih sayang antara kamu dengan dia: “Wahai, kiranya saya ada bersama mereka, tentu saya mendapat kemenangan yang besar (pula)”. (Al-Nisa': Ayat 73)

Ayat ini menambah lagi keterangan tentang sikap golongan yang lemah iman dan munafik, iaitu jika umat Islam mendapat kemenangan mereka berkata: “Wahai, kiranya saya ada bersama mereka, tentu saya mendapat kemenangan yang besar (pula)”. Allah SWT mencela sikap mereka dengan sindiran halus: “seolah-olah belum pernah ada hubungan kasih sayang dengan dia”. Maksudnya: Ungkapan yang mereka ucapkan di atas, menggambarkan tidak ada sedikitpun perasaan kasih sayang di dalam dirinya terhadap saudaranya seagama dan ungkapan seperti itu tidak sepatutnya keluar dari mulut orang yang mermpunyai iman dan kasih sayang.

Malahan sikap mereka justeru sebaliknya, mereka tidak melihat kemenangan yang Allah anugerahkan kepada umat Islam sebagai ni’mat juga untuknya, dan mereka juga tidak melihat musibah yang menimpa umat Islam lain sebagai musibah ke atas dirinya. Padahal Allah SWT telah berfirman:
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah bersaudara [al-Hujurat 49:10]
Dan Nabi (sallallahu alayhi wasalam) mengisyaratkan di dalam banyak hadisnya bahawa orang yang beriman bagaikan satu tubuh yang jika ada anggotanya yang sakit maka akan terasa sakit seluruh tubuhnya.

Kerana itu, hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar. (Al-Nisa': Ayat 74)

Allah SWT menyuruh orang yang sanggup menjual kehidupan dunianya dan mengorbankannya demi mengharap ganjaran yang besar di akhirat, agar mereka berjuang di jalan Allah. Kemudian Allah berjanji akan memberi mereka pahala yang besar lagi kekal di akhirat nanti.

Menurut Imam Ibnu Kathir3: Setiap orang yang berjuang di jalan Allah samada ia gugur ataupun mendapat kemenangan, maka baginya ganjaran yang besar tersedia di sisi Allah. Ganjaran yang dimaksudkan itu digambarkan oleh Nabi (sallallahu alayhi wasalam) di dalam sabdanya:

Allah memberi jaminan kepada orang yang berjuang di jalanNya, sekiranya ia gugur niscaya akan dimasukkan ke dalam syurga atau dikembalikan ke tempat ia keluar sambil memperoleh ganjaran atau harta rampasan perang (HR Bukhari dan Muslim)
Maksud: “berperang di jalan Allah” ialah seperti yang ditafsirkan oleh Nabi SAW:
“Siapa yang berperang agar Kalimah Allah yang lebih tinggi, maka ia berjuang di jalan Allah”. (HR Al-Jama’ah daripada Abu Musa)
Mengapa kamu tidak mahu berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!” (Al-Nisa': Ayat 75)

Di dalam ayat ini Allah bertanya: Apakah sebabnya kamu enggan berjuang di jalan Allah untuk menggantikan kesyirikan dengan Tauhid dan kezaliman dengan keadilan. Ayat ini menggambarkan keadaan penduduk Mekah yang beriman telah ditindas oleh musyrikin Quraisy. Umat Islam ketika di dalam kondisi yang masih lemah.Ibnu Abbas (ra) berkata: “Saya dan ibu saya ketika itu termasuk ke dalam golongan yang lemah”.

Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan taghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, kerana sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah (Al-Nisa': Ayat 76).

Di dalam ayat ini Allah SWT membezakan antara perjuangan orang yang beriman dengan perjuangan orang kafir. Al-Mukminun berjuang di jalan Allah iaitu untuk menunaikan perintah Allah dan mengharap keredhaanNya, sedang Al-Kafirun pula berjuang untuk mematuhi kehendak taghut. Makna “taghut” adalah syaitan. Dan bukti bahawa taghut itu adalah syaitan ialah firman Allah pada ayat yang sama: “sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, kerana sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah”.

Menurut Prof Wahbah Al-Zuhaily5: Taghut adalah syaitan dan segala yang menyamai peranannya seperti kezaliman, khuarafat, tukang tenung dan seruan agar menyembah berhala. Al-Kafirun tidak mempunyai pelindung kecuali syaitan, sedangkan pelindung Al-Mukminun adalah Allah Azza Wa Jalla. Tipu daya syaitan sangat lemah jika dibandingkan dengan kekuatan yang dimiliki oleh Allah.

Wasallam. 

0 comments:

Post a Comment







Think Positive, Think Islam For All | Something that seems to break the laws of science that makes you think only Allah could have done it | AllahuAkbar | الله أكبر


Copyright © 2014 Islam For All All Right Reserved