HOT SITE CLICK HERE KISAH NABI ISA A.S | Islam For All
Breaking News
Loading...
Saturday, January 18, 2014

KISAH NABI ISA A.S



Dalam bulatan ialah makam Maryam binti Imran, bonda Nabi Isa a.s. manakala di hadapannya makam Uwais Qarni, seorang wali Allah yang mahsyur. Di atas bukit di belakang berkubah seperti masjid itu ialah gereja Russia.
Matahari tampak akan tenggelam, angin pun bertiup sepoi-sepoi di sekitar pepohonan. Harum semerbak mulai memenuhi mihrab Maryam. Bau itu menembus jendela mihrab dan mengepakkan sayapnya di sekeliling gadis perawan yang khusyuk dalam solat tanpa seorang pun mendengar suaranya. Maryam merasa bahawa udara dipenuhi dengan bau harum yang mengagumkan. Ia kembali melakukan solatnya dengan khusyuk dan mengungkapkan syukur kepada Allah SWT.

Seekor burung hinggap di jendela mihrab. Ia mengangkat paruhnya ke atas dan mengarahkan ke matahari serta mengepakkan kedua sayapnya lalu ia terjun ke air dan mandi di dalamnya. Kemudian ia terbang ringan di sekitamya. Maryam ingat bahawa beliau lupa untuk menyirami pohon mawar yang tumbuh secara tiba-tiba di tengah dua batu yang tumbuh di luar masjid. Maryam menyelesaikan solatnya lalu ia keluar dari mihrab dan menuju pohon. Belum selesai beliau siap-siap untuk keluar sehingga para malaikat memanggilnya:
"Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)." (QS. Ali 'Imran: 42)
Maryam berhenti dan tampak wajahnya yang pucat dan semakin bertambah. Mihrab itu dipenuhi dengan kalimat-kalimat para malaikat yang memancarkan cahaya. Maryam merasa bahawa pada hari-hari terakhir terdapat perubahan pada suasana rohaninya dan fiziknya. Di tempat itu tidak terdapat cermin sehingga ia tidak dapat melihat perubahan itu. Tetapi ia merasa bahawa darah, kekuatan dan masa mudanya mulai meninggalkan tempatnya dan digantikan dengan kesucian dan kekuatan yang lebih banyak. Beliau menyedari bahawa ia sedang gugup. Beliau merasakan kelemahan manusiawi dan adanya kekuatan yang luar biasa. Setiap kali tubuhnya merasakan kelemahan, maka bertambahlah kekuatan dalam rohnya. Perasaan yang demikian ini justru membangkitkan kerendahan hatinya. Maryam mengetahui bahawa ia akan memikul tanggung jawab besar.
"Dan (ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata: 'Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yong semasa dengan kamu)." (QS. Ali 'Imran: 42)
Dengan kalimat-kalimat yang sederhana ini Maryam memahami bahawa Allah SWT telah memilihnya dan menyucikannya dan menjadikannya penghulu para wanita dunia. Beliau adalah wanita terbesar di dunia. Para malaikat kembali berkata kepada Maryam:
"Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang ruku." (QS. Ali 'Imran: 43)
Perintah tersebut ditetapkan setelah adanya berita gembira agar beliau meningkatkan kekhusyukannya, sujudnya, dan rukuknya kepada Allah SWT. Maryam lupa terhadap pohon mawar dan beliau kembali solat. Maryam merasakan bahawa sesuatu yang besar akan terjadi padanya. Beliau merasakan hal itu sejak beberapa hari, tetapi perasaan itu semakin menguat saat ini.

Matahari meninggalkan tempat tidurnya sementara malam telah bangkit sedangkan bulan duduk di atas singgahsananya di langit dan di sekelilingnya terdapat awan-awan yang indah dan putih. Kemudian datanglah pertengahan malam dan Maryam masih sibuk dalam solatnya. Beliau menyelesaikan solatnya dan teringat pohon mawar itu lalu beliau membawa air di suatu bejana dan pergi untuk menyiramnya.

Pohon mawar itu tumbuh di antara dua batu di tempat yang tidak jauh dari masjid yang hanya ditempuh beberapa langkah darinya. Tempat itu jauh dari jangkauan manusia sehingga tak seorang pun mendekatinya. Tempat itu sudah dijadikan tempat yang khusus bagi Maryam untuk melakukan solat di dalamnya atau beribadah. Maryam mendekati pohon mawar itu dan menyiramnya. lalu beliau meletakkan bejana, kemudian ia memikirkan pohon mawar itu di mana tangkainya semakin panjang pada dua malam yang dilaluinya.

Tiba-tiba, Maryam mendengar suara derap kaki yang menggoncang bumi. Beliau tidak mendengar suara kaki yang berjalan, tetapi beliau mendengar suara kaki yang menetap di atas batu serta pasir. Maryam merasakan ketakutan. Ia merasakan bahawa ia tidak sendirian. Ia menoleh ke sebelahnya namun ia tidak mendapati sesuatu pun. Kemudian kedua matanya mulai berputar-putar dan memperhatikan suatu cahaya yang berdiri di sana. Maryam gementar ketakutan dan menundukkan kepalanya. Maryam berkata dalam dirinya, siapa gerangan orang yang berdiri di sana. Maryam memandang kepada wajah orang asing itu, dan menyebabkan ia gelisah. Wajah orang itu sangat aneh, di mana dahinya bercahaya lebih daripada cahaya bulan. Meskipun kedua matanya memancarkan kemuliaan dan kebesaran tetapi wajah orang itu justru menggambarkan kerendahan hati yang mengagumkan.

Pandangan pertama yang di lihat oleh Maryam kepada orang itu mengisyaratkan, bahawa orang itu memiliki kemuliaan yang diperoleh orang yang menyembah Allah SWT selama jutaan tahun. Maryam bertanya kepada dirinya, siapa gerangan orang ini? Kemudian seakan- akan orang asing itu membaca fikiran Maryam dan berkata: "Salam kepadamu wahai Maryam." Maryam dibuat terkejut mendengar adanya suara manusia di depannya. Maryam berkata sebelum menjawab salamnya:

"Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa." (QS. Maryam: 18)

Maryam berlindung di bawah lindungan Allah SWT dan ia bertanya kepadanya, "Apakah engkau manusia yang mengenal Allah SWT dan bertakwa kepadanya?" Kemudian orang itu tersenyum dan berkata:
"Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci." (QS. Maryam: 19)
Orang asing itu belum selesai menyampaikan kalimatnya sehingga tempat itu dipenuhi cahaya yang menakjubkan yang tidak menyerupai cahaya matahari, cahaya bulan, cahaya lampu, cahaya lilin bahkan cahaya api. Di sana terdapat cahaya yang sangat jernih. Kemudian terngianglah di kepala Maryam kalimat: "Aku adalah seorang utusan Tuhanmu." Kalau begitu, dia adalah penghulu para malaikat, Ruhul Amin (Jibril) yang telah berubah wujud menjadi manusia.

Maryam mengangkat kepalanya dengan gementar menahan luapan cinta. Jibril berdiri di depannya dalam bentuk manusia. Maryam memperhatikan kejernihan dahinya dan kesucian wajahnya. Benar apa yang diduganya bahawa Jibril memiliki kemuliaan yang diperoleh orang yang menyembah Allah SWT selama jutaan tahun. Kemudian Maryam mengingat kembali kalimat-kalimat yang diucapkan Jibril. Malaikat itu telah mengatakan bahawa ia adalah utusan Tuhannya, dan ia telah datang untuk memberi Maryam seorang anak laki-laki yang suci. Maryam ingat bahawa dirinya adalah seorang perawan yang belum tersentuh oleh seorang pun. Ia belum menikah dan belum dilamar oleh seseorang pun, maka bagaimana ia melahirkan anak tanpa melalui pernikahan. Fikiran- fikiran ini berputar-berputar di kepala Maryam lalu ia berkata kepada Jibril:
"Maryam berkata: Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang penzina!" (QS. Maryam: 20)
Jibril berkata:
"Demikianlah Tuhanmu berfirman: 'Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan."' (QS. Maryam: 21)
Maryam menerima kalimat-kalimat Jibril. Tidakkah Jibril berkata kepadanya bahawa ini adalah perintah Allah SWT dan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya pasti akan terlaksana. Kemudian, mengapa ia harus (ketika) melahirkan tanpa disentuh oleh seorang manusia pun. Bukankah Allah SWT menciptakan Nabi Adam tanpa seorang ayah dan seorang ibu? Sebelum diciptakannya Nabi Adam tidak ada lelaki dan wanita. Hawa diciptakan dari Nabi Adam dan ia pun diciptakan dari laki-laki, tanpa perempuan.

Biasanya manusia diciptakan melalui pasangan laki-laki dan perempuan; biasanya ia memiliki ayah dan ibu, tetapi mukjizat terjadi ketika Allah SWT menginginkannya untuk terjadi. Kemudian Jibril meneruskan pembicaraannya:
"Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari- Nya, namanya al-Masih Isa putera Maryam, seorang yang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa, dan dia termasuk di antara orang-orang yang soleh." (QS. Ali 'Imran: 45-46)
Kehairanan Maryam semakin bertambah. Betapa tidak, sebelum mengandung anak itu di perutnya ia telah mengetahui namanya. Bahkan ia mengetahui bahawa anaknya itu akan berbicara dengan manusia saat ia masih kecil. Sebelum Maryam menggerakkan lisannya untuk melontarkan pertanyaan lain, Jibril mengangkat tangannya dan mengerahkan udara ke arah Maryam. Kemudian datanglah hembusan udara yang bercahaya yang belum pernah di lihat sebelumnya oleh Maryam. Lalu cahaya tersebut ke jasad Maryam dan memenuhinya. Tak sempat Maryam melontarkan pertanyaan yang lain, Jibril yang suci telah pergi tanpa meninggalkan suara.

Udara yang dingin telah bergerak dan Maryam pun tampak menggigil. Maryam segera kembali ke mihrabnya. Ia menutup pintu mihrab dan ia tenggelam dalam solat yang khusyuk dan ia pun menangis. Maryam merasakan kegembiraan, kebingungan dan kegoncangan serta kedamaian yang dalam. Kini, Maryam tidak lagi sendirian. Sejak Jibril meninggalkannya, ia merasakan bahawa ia tidak lagi sendirian. Ia menggerakkan tangannya yang dipenuhi dengan cahaya, kemudian cahaya ini berubah di dalam perutnya menjadi anak, seorang anak yang akan menjadi kalimat Allah SWT dan roh-Nya yang diletakkan pada Maryam. Ketika anak itu besar, ia akan menjadi seorang rasul dan nabi yang ajarannya dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang. 

Maryam di malam itu tidur dengan nyenyak dan ia bangun di waktu Subuh. Belum lama ia membuka kedua matanya sehingga ia dibuat terkejut ketika melihat mihrab dipenuhi dengan buah-buahan yang sebenarnya tidak lagi musim. Maryam heran melihat hal itu. Ia mulai mengingat apa yang telah terjadi padanya kelmarin, yaitu bagaimana kejadian saat menyiram pohon mawar, bagaimana pertemuannya dengan malaikat Jibril, bagaimana Allah SWT meniupkan kalimat-Nya padanya, bagaimana ia kembali ke mihrab, dan bagaimana tidurnya yang nyenyak. Maryam berkata kepada dirinya sambil melihat buah-buahan yang banyak: Apakah aku akan memakan sendirian buah-buahan ini. Kemudian ada suara dalam dirinya yang berkata: "Engkau tidak lagi sendirian wahai Maryam. Kini, engkau bersama Isa. Engkau harus makan dengan baik. Dan Maryam mulai makan.

Lalu berlalulah hari demi hari. Kandungan Maryam berbeza dengan kandungan umumnya wanita. Ia tidak merasakan sakit dan tidak merasa berat; ia tidak merasakan sesuatu telah bertambah padanya dan perutnya tidak membuncit seperti umumnya wanita. Alhasil, kehamilan yang dialaminya dipenuhi dengan nikmat yang baik. Datanglah bulan yang ke sembilan. Ada sebahagian ulama yang mengatakan bahawa Maryam tidak mengandung Isa selama sembilan bulan, tetapi ia melahirkannya secara langsung sebagai mukjizat.

Pada suatu hari, Maryam keluar ke suatu tempat yang jauh. Ia merasa bahawa sesuatu akan terjadi hari itu. Tetapi ia tidak mengetahui hakikat sesuatu itu. Kakinya membimbingnya untuk menuju tempat yang dipenuhi dengan pohon kurma. Tempat itu tidak biasa dikunjungi oleh seseorang pun kerana saking jauhnya; tempat yang tidak diketahui oleh seseorang pun kecuali Maryam.

Tak seorang pun yang mengetahui Maryam bahawa sedang hamil dan ia akan melahirkan. Mihrab yang menjadi tempat ibadahnya selalu tertutup. Orang-orang mengetahui bahawa Maryam sedang sibuk beribadah dan tidak ada seorang pun yang mendekatinya. Maryam duduk beristirahat di bawah pohon kurma yang besar dan tinggi. Maryam mulai merasakan sakit pada dirinya, dan rasa sakit tersebut semakin terasa. Akhirnya, Maryam melahirkan:
"Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata: 'Aduhai alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan." (QS. Maryam: 23)
Rasa sakit saat melahirkan anak yang dialami wanita suci ini menimbulkan penderitaan-penderitaan lain yang segera menantinya. Bagaimana manusia akan menyambut anaknya ini? Apa yang mereka katakan tentangnya? Bukankah mereka mengetahui bahawa ia adalah wanita yang masih perawan? Bagaimana seorang gadis perawan bisa melahirkan? Apakah manusia akan membenarkan Maryam yang melahirkan anak itu tanpa ada seseorang pun yang menyentuhnya? Kemudian pandangan-pandangan keraguan mulai menyelimutinya. Maryam berfikir bagaimana reaksi manusia kepadanya dan bagaimana perkataan mereka terhadapnya sehingga hatinya dipenuhi dengan kesedihan. Belum lama Maryam membayangkan dan meminta agar ia dimatikan dan dilupakan, tiba-tiba anak yang baru lahir itu memanggilnya:
"Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, nescaya pohon itu akan mengugurkan buah kurma yang masak kepadamu makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: 'Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.'" (QS. Maryam: 24-26)
Maryam melihat al-Masih yang tampan wajahnya. Wajahnya tidak kemerah-merahan dan rambutnya tidak keriting seperti anak-anak yang lahir di saat itu, tetapi ia berkulit lembut dan putih. Anak itu diselimuti dengan kesucian dan kasih sayang; anak itu berbicara kepada Maryam agar ia menghilangkan kesedihannya dan meminta padanya agar menggoyangkan batang-batang pohon kurma supaya jatuh darinya sebahagian buahnya yang lazat dan Maryam dapat memakan dan meminum darinya sehingga hatinya pun penuh dengan kedamaian serta kegembiraan dan tidak berfikir tentang sesuatu pun. Jika Maryam melihat atau menemui manusia, maka hendaklah ia berkata kepada mereka bahawa ia bernazar kepada Allah SWT untuk berpuasa dan tidak berbicara kepada seseorang pun.

Maryam melihat al-Masih dengan penuh kecintaan. Anak itu baru dilahirkan beberapa saat tetapi ia langsung memikul tanggung jawab ibunya di atas pundaknya. Selanjutnya, ia akan memikul penderitaan orang-orang fakir. Maryam melihat bahawa wajah anak itu menyiratkan tanda yang sangat aneh. Yaitu tanda yang mengisyaratkan bahawa ia datang ke dunia bukan untuk mengambil darinya sesuatu, tetapi untuk memberinya segala sesuatu. Maryam menghulurkan tangannya ke pohon kurma yang besar. Belum lama ia menyentuh batangnya hingga jatuhlah darinya buah kurma yang masih muda dan lazat. Maryam makan dan minum dan kemudian ia memangku anaknya dengan penuh kasih sayang.

Saat itu, Maryam merasakan kegoncangan yang hebat. Silih-berganti ketenangan dan kegelisahan menghampirinya. Segala fikirannya tertuju pada satu hal, yaitu Isa. Ia bertanya-tanya dalam dirinya: Bagaimana orang-orang Yahudi akan menyambutnya, apa yang akan mereka katakan tentangnya, apa yang akan mereka katakan terhadap Maryam, apakah para pendeta dan para pembesar Yahudi percaya bahawa Maryam melahirkan seorang anak tanpa disentuh oleh seseorang pun? Bukankah mereka terbiasa hidup dengan suasana pencurian dan penipuan? Apakah seseorang di antara mereka akan percaya - padahal ia jauh dari langit - bahawa langit telah memberinya seseorang anak.

Akhirnya, masa pengasingan Maryam telah berakhir dan Maryam harus kembali ke kaumnya. Maryam kembali dan waktu menunjukkan Ashar. Pasar besar yang terletak di jalan yang dilalui Maryam menuju masjid dipenuhi dengan manusia. Mereka sibuk dengan jual-beli. Mereka duduk berbincang-bincang sambil minum anggur. Belum lama Maryam melewati pasar itu sehingga manusia melihatnya membawa seorang anak kecil yang didakapnya. Salah seorang bertanya: "Bukankah ini Maryam yang masih perawan? Lalu, anak siapa yang dibawanya itu?" Seorang yang mabuk berkata: "Itu adalah anaknya." Mari kita dengar cerita apa yang akan disampaikannya. Akhirnya, orang-orang Yahudi mulai "mengepung" dengan berbagai macam pertanyaan: "Anak siapa ini wahai Maryam, mengapa engkau tidak mengembalikannya, apakah itu memang anakmu, bagaimana engkau datang dengan membawa seorang anak sedangkan engkau adalah gadis yang masih perawan?"
"Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang penzina." (QS. Maryam: 28)
Maryam dituduh melakukan pelacuran. Mereka menyerang Maryam tanpa terlebih dahulu mendengarkan sanggahannya atau mengadakan penelitian atau membuktikan bahawa perkataan mereka memang benar. Maryam dicerca sana-sini dan ia diingatkan, bahawa bukankah ia seseorang yang tumbuh dari rumah yang baik dan bukanlah ibunya seorang pelacur? Lalu mengapa semua ini terjadi padanya? Menghadapi semua tuduhan itu, Maryam tampak tenang dan tetap menunjukkan kebaikannya. Wajahnya dipenuhi dengan cahaya keyakinan. Ketika pertanyaan semakin menjadi-jadi dan keadaan semakin sulit, maka Maryam menyerahkan segalanya kepada Allah SWT. Ia menunjuk ke arah anaknya dengan tangannya. Maryam menunjuk Isa.

Orang-orang yang ada di situ tampak kebingungan. Mereka memahami bahawa Maryam berpuasa dari berbicara dan meminta kepada mereka agar bertanya kepada anak itu. Para pembesar Yahudi bertanya: "Bagaimana mereka akan melontarkan pertanyaan kepada seorang anak kecil yang baru lahir beberapa hari? Apakah anak itu akan berbicara di buaiannya" Mereka berkata kepada Maryam:
"Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?" (QS. Maryam: 29)
Berkata Isa:
"Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab (injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) solat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikanku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. " (QS. Maryam: 30-33)
Belum sampai Isa menuntaskan pembicaraannya sehingga wajah-wajah para pendeta dari kalangan Yahudi dan para uskup tampak pucat. Mereka menyaksikan mukjizat terjadi di depan mereka secara langsung. Anak kecil itu berbicara di buaiannya; anak kecil yang datang tanpa seorang ayah; anak kecil yang mengatakan bahawa Allah SWT telah memberinya al-Kitab dan menjadikannya seorang Nabi. Ini berarti bahawa kekuasaan mereka sebentar lagi akan hancur. Setiap orang dari mereka akan menjadi tidak berarti ketika anak kecil itu dewasa. Tak seorang pun di antara mereka yang dapat "menjual pengampunan" kepada manusia atau menghakimi mereka melalui penyataan bahawa ia adalah wakil dari langit yang turun di bumi. Atau pernyataan, bahawa hanya dia yang mengetahui syariat.

Para pendeta Yahudi merasa akan terjadi suatu tragedi keperibadian yang akan datang kepada mereka dengan kelahiran anak kecil ini. Kedatangan al-Masih berarti mengembalikan manusia kepada penyembahan semata-mata kepada Allah SWT. Ini berarti menghapus agama Yahudi yang sekarang mereka yakini. Perbezaan antara ajaran- ajaran Musa dan tindakan-tindakan orang-orang Yahudi menyerupai perbezaan antara bintang-bintang di langit dan lumpur-lumpur di jalan. Para pendeta Yahudi menyembunyikan kisah kelahiran Isa dan bagaimana ia berbicara di masa buaian. Mereka justru menuduh Maryam yang masih perawan dengan kebohongan yang besar. Mereka menuduh Maryam melakukan pelacuran, padahal mereka menyaksikan sendiri mukjizat pembicaraan anaknya di masa buaian.

Mula-mula cerita tentang itu mereka sembunyikan untuk beberapa saat. Meskipun demikian, berita tentang kelahiran Isa sampai ke Hakim Romawi, yaitu Heradus. Ia memimpin orang-orang Palestina dan orang- orang Yahudi dengan kekuatan pedang. Ia menakut-nakuti mereka dengan menumpahkan darah serta banyaknya mata-mata yang dimilikinya. Pada suatu hari, ia duduk di istananya dan meminum anggur. Lalu ia mendengar berita yang samar tentang kelahiran seseorang anak tanpa ayah; seorang anak yang dikatakan ia mampu berbicara saat masih di buaian, lalu ia menyampaikan pembicaraan yang menjurus pada ancaman terhadap kekuasaan Romawi. Kemudian bergetarlah kursi yang ada di bawah tubuh Heradus. Ia memerintahkan untuk diadakan suatu pertemuan mendadak yang dihadiri oleh para pengawalnya dan para mata-matanya. Pertemuan itu pun terlaksana. Heradus duduk dengan wajahnya yang hitam mengkilat, lalu ia memutarkan pandangannya ke arah mata-matanya dan bertanya: "Bagaimana berita anak kecil yang berbicara di buaiannya?"

Salah seorang kepala mata-mata berkata: "Tampak bahawa masalahnya tidak benar. Kami telah mendengar isu-isu sekitar anak kecil yang mereka katakan bahawa ia membuat mukjizat dengan berbicara saat ia masih belia. Lalu saya mengutus anak buahku untuk mencari kebenaran berita itu, tetapi mereka tidak menemukannya. Jelas bagi kami, bahawa berita itu dilebih-lebihkan."Kemudian salah satu anggota mata-mata raja berkata: "Aku telah mendapatkan bukti yang terpercaya bahawa tiga orang dari orang-orang Majusi datang di balik suatu bintang yang mereka lihat menyala di suatu langit dan bintang tersebut mengisyaratkan kelahiran anak kecil yang membawa mukjizat, yaitu anak kecil yang akan menyelamatkan kaumnya." Hakim berkata: "Bagaimana ia dapat menyelamatkan kaumnya dan kaum siapa yang diselamatkannya?" Salah seorang mata-mata berkata: "Anak buahku tidak mengetahuinya kerana orang-orang pandai dari Majusi itu pergi dan tak seorang pun menemukan mereka."

Hakim berkata: "Bagaimana mereka dapat pergi dan bersembunyi lalu bagaimana cerita anak kecil ini? Apakah di sana ada persekongkolan untuk menentang Romawi?" Hakim melompat dari tempat duduknya ketika ia menyebut Romawi, dan ia mulai berbicara dengan keadaan emosi: "Aku menginginkan kepala tiga orang yang cerdik itu dan aku juga menginginkan kepala anak kecil itu. Dan aku menginginkan informasi yang lengkap. Sungguh masalah ini semakin samar hai orang-orang yang bodoh." Lalu kepala mata-mata berkata: "Barangkali ini hanya mimpi yang dibayangkan orang-orang Yahudi bahawa mereka melihatnya." Hakim berkata: "Sungguh kepala-kepala kalian semua akan terbang lebih cepat dari merpati jika kalian tidak mendatangkan cerita secara lengkap tentang anak ini. Kebingungan dan kekacauan apa yang aku rasakan! Pergilah kalian dari sini."

Anak buah Heradus dan para mata-mata pergi, sedangkan ia masih duduk memikirkan masalah tersebut. Tampaknya masalah itu sangat menggelisahkannya. Ia tidak peduli dengan kedatangan agama baru kepada manusia tetapi yang difikirkannya adalah kekuasaan Romawi yang ia menjadi simbolnya. Kemudian Heradus menetapkan untuk memanggil pemuka orang Yahudi dan bertanya kepadanya tentang masalah ini. Para pengawalnya yang khusus memanggil orang Yahudi itu. Tidak beberapa lama orang Yahudi itu ada di depan hakim. Heradus berkata: "Aku ingin berbicara kepadamu tentang suatu masalah yang sangat menggelisahkanku." Pendeta Yahudi itu berkata: "Aku ingin mengabdi kepadamu."

Heradus berkata: "Aku mendengar berita-berita yang saling berlawanan tentang anak kecil yang bisa berbicara di masa buaiannya dan ia mengatakan bahawa ia akan menyelamatkan kaumnya. Maka bagaimana berita yang sebenarnya tentang itu?" Pendeta itu berkata - dan ia merasa bahawa pertanyaan itu sepertinya berupa jebakan yang tidak diketahuinya secara pasti: "Apakah tuan yang mulia peduli dengan agama Yahudi?" Heradus berkata dalam keadaan emosi: "Aku tidak peduli sedikit pun selain kekuasaan Romawi. Jawablah pertanyaanku wahai pendeta." Pendeta Yahudi itu telah melihat Isa berbicara di buaiannya. Ia memahami bahawa seandainya ia mengatakan itu, maka ia akan mendapatkan penderitaan pada dirinya, maka ia lebih memilih sedikit berbohong. Ia berkata kepada Heradus bahawa ia mendengar cerita itu tetapi ia meragukannya.

Heradus berkata: "Apakah benar agama kalian berbicara tentang kedatangan seorang penyelamat bagi rakyat kalian?" Pendeta berkata: "Ini benar wahai tuan yang mulai." Heradus berkata:"Apakah kalian mengetahui ini adalah persekongkolan menentang keamanan kerajaan Romawi? Apakah kalian menyedari ini adalah bentuk pengkhianatan?" Pendeta berkata: "Aku harap tuan membiarkan aku meluruskan suatu pemikiran yang sederhana. Berita tentang hal itu adalah berita yang kuno. Berita ini diyakini ketika rakyat menjadi tawanan di Bebel sejak ratusan tahun."

Heradus berkata: "Apakah memang di sana ada yang membenarkan berita ini? Sekarang, apakah kamu secara peribadi membenarkannya? Apakah engkau melihat anak kecil itu yang mereka katakan bahawa ia dilahirkan tanpa seorang ayah?" Pendeta itu berkata: "Apakah ada seorang yang percaya wahai tuan yang mulia jika dikatakan ada seorang anak yang lahir tanpa seorang ayah. Ini adalah mimpi rakyat biasa."

Heradus berkata: "Tidak ada sesuatu yang mengusir tidur dari mata seorang penguasa selain mimpi-mimpi rakyat. Pergilah wahai pendeta dan jika engkau mendengar berita-berita, maka sampaikanlah kepadaku sebelum engkau sampaikan kepada isterimu." Belum lama pendeta itu pergi sehingga Heradus berfikir, bagaimana seandainya pendeta itu berbohong. Ia menangkap benang kebohongan pada kedua matanya. Ia mengetahui kebohongan ini kerana ia sendiri sangat pandai berbohong. Kemudian bagaimana cerita tiga orang cerdik yang mereka mengikuti bintang? Apakah di sana terdapat persekongkolan menentang Romawi yang tidak diketahuinya?

Heradus berteriak di tengah-tengah pengawalnya dan memerintahkan mereka untuk menangkap semua orang yang mendengar cerita ini atau ia akan melihat akibatnya. Mula-mula dia memerintahkan untuk mencari gadis perawan yang melahirkan anak itu dan membunuh setiap anak yang lahir di saat itu. Sementara itu, Maryam keluar dari Palestina menuju ke Mesir. Sebelumnya, pada suatu malam, datanglah kepadanya seseorang yang belum pernah dilihatnya dan orang itu menyampaikan salam kepadanya serta menyerukannya dan sambil berkata: "Bawalah anakmu wahai Maryam dan keluarlah menuju Mesir." Dengan nada ketakutan Maryam bertanya, "Mengapa? Bagaimana aku keluar menuju ke Mesir; dan bagaimana aku bisa mengenali jalan?" Orang asing itu menjawab, "Keluarlah engkau nescaya Allah SWT akan melindungimu. Sesungguhnya Hakim Romawi mencari anakmu dan ingin membunuhmu."

Maryam bertanya: "Kapan aku keluar?" Orang asing itu menjawab: "Sekarang juga. Janganlah engkau khawatir sedikit pun kerana engkau keluar bersama seorang Nabi yang mulia. Semua nabi diusir oleh kaumnya dari negeri mereka dan rumah mereka. Demikianlah hukum kehidupan. Kejahatan selalu berusaha untuk menyingkirkan kebaikan tetapi pada akhirnya, kebaikan akan kembali menduduki singgahsananya. Keluarlah wahai Maryam." Akhirnya, Maryam pun pergi menuju ke Mesir. Maryam melalui gurun Saina' bersama suatu kafilah yang menuju Mesir. Maryam berjalan membawa Isa di jalan yang sama yang pernah dilalui Nabi Musa di mana ditampakkan kepada Nabi Musa api yang suci dan beliau dipanggil dari sisi thur al-Aiman. Setelah melalui perjalanan yang jauh dan melelahkan, Maryam sampai di Mesir. Mesir yang dipenuhi dengan kebaikan, kemuliaan, kebudayaan klasik serta cuacanya yang stabil mempakan tempat yang terbaik untuk pertumbuhan Isa as.

Al-Masih tumbuh dan berkembang serta menjalani masa kecilnya di Mesir. Kemudian datanglah kepada Maryam orang asing yang telah memerintahkannya untuk meninggalkan Palestina. Kali ini, ia memerintahkannya untuk kembali ke Palestina. Orang asing itu berkata kepadanya: "Raja yang zalim telah mati, maka kembalilah bersama anakmu wahai Maryam. Telah datang kesempatan emas bagi Isa untuk menduduki singgahsananya. Isa akan menjadi penyayang orang-orang fakir dan orang-orang yang benar. Kembalilah wahai Maryam." Maryam pun kembali. Dalam perjalanan Maryam melalui banyak mata air di sungai Jordania.

Isa pun tumbuh menjadi dewasa dan mencapai masa mudanya. Isa keluar dari rumahnya dan menuju tempat penyembahan kaum Yahudi. Saat itu bertepatan dengan hari Sabtu. Di sana tidak ada satu rumah pun dari rumah kaum Yahudi yang dapat menyalakan api atau memadamkannya pada hari Sabtu, atau mengambil buah di hari itu. Dilarang bagi seorang wanita untuk membikin adunan roti atau seseorang anak kecil mencuci anjingnya. Nabi Musa telah memerintahkan untuk menghormati hari Sabtu dan hanya mengkhususkanya untuk beribadah kepada Allah SWT.

Terdapat hikmah di balik penghormatan hari Sabtu sehingga hari Sabtu menjadi hari yang sangat disucikan di kalangan orang-orang Yahudi. Mereka melaksanakannya dengan berbagai macam tradisi dan mereka mencurahkan segala konsentrasi mereka untuk menjaga hari Sabtu dan tidak meremehkannya. Sebab, mereka meyakini bahawa hari Sabtu adalah hari yang dijaga dari langit sebelum Allah menciptakan manusia sebagaimana mereka percaya bahawa Bani Israil telah diberikan pilihan kepada satu jalur saja, yaitu menjaga hari Sabtu. Mereka bangga kerana mereka dapat menjaganya meskipun hal itu menyebabkan mereka kalah di kancah peperangan atau mereka tertawan di tangan musuh. Bahkan saking ketatnya mereka mempertahankan kehormatan hari Sabtu sampai-sampai mereka menambah-nambahi berbagai macam larangan di hari Sabtu. Majlis kaum Yahudi menetapkan ratusan larangan yang tidak boleh dilakukan di hari Sabtu, seseorang dilarang untuk memakai gigi palsu di hari Sabtu. Seorang yang sakit dilarang untuk memakai perban atau memakai minyak di tempat yang sakit pada hari Sabtu atau memanggil doktor. Dilarang pula di hari Sabtu untuk menulis dua huruf abjad; dilarang juga untuk mempertahankan diri pada hari Sabtu; dilarang untuk panen dan belajar di hari Sabtu. Kemudian, berpergian di hari Sabtu diharuskan untuk tidak lebih dari dua ribu ela. Dilarang juga di hari Sabtu untuk membawa sesuatu ke luar rumah.

Jadi, banyaknya syariat, hukum serta larangan-larangan biasanya diikuti dengan banyaknya keburukan atau paling tidak membantu terciptanya keburukan. Setiap timbul suatu larangan, maka timbul bersamanya cara untuk menghindar darinya. Demikianlah, kehidupan kaum Yahudi dipenuhi dengan kemunafikan yang luar biasa di mana secara lahiriah mereka menampakkan penghormatan terhadap hari Sabtu, tetapi secara batiniah mereka berusaha menodai kehormatan dengan berbagai macam cara.

Meskipun kelompok Farisiun bertanggungjawab terhadap tugas pelaksanaan syariat dan mengawasinya dengan banyak mendapatkan jaminan-jaminan, maka kita akan melihat bahawa mereka siap untuk menciptakan berbagai rekayasa dan tipu daya yang memungkinkan mereka untuk menghindar dari hukum-hukum syariat di saat yang tepat. Saat yang tepat adalah saat di mana syariat-syariat tersebut bertentangan dengan kepentingan peribadi mereka atau dapat menjadi penghalang bagi mereka untuk mendapatkan mata pencarian yang haram yang sudah siap masuk pada kantung mereka. Misalnya, terdapat kaedah syariat yang menetapkan perjalanan pada hari Sabtu tidak boleh melebihi dua ribu ela. Namun orang-orang Farisiun mengadakan walimah di mana mereka mengundang orang-orang untuk menghadiri acara tersebut pada hari Sabtu, padahal tempat diadakannya acara itu berjarak lebih dari dua ribu ela dari rumah mereka. Lalu, bagaimana mereka dapat melaksanakan hal tersebut? Sangat mudah sekali. Mereka meletakkan pada sore hari Sabtu sebahagian makanan yang berjarak dua ribu ela dari rumah mereka lalu setelah itu mereka mendirikan suatu tempat tinggal di mana mereka dapat berjalan setelahnya dan menempuh dua ribu ela yang lain. Dari sini mereka dapat menambah jarak yang mereka inginkan. Begitu juga agar mereka menghindar dari larangan membawa sesuatu ke luar rumah pada hari Sabtu, maka mereka membuat tipu daya yang lain. Yaitu mereka mendirikan gerbang-gerbang pintu dan jendela di berbagai jalan sehingga seluruh kota seperti rumah besar yang dimungkinkan bagi mereka untuk membawa segala sesuatu dan bergerak di dalamnya.

Contoh lain yang menunjukkan bagaimana orang-orang Yahudi mempermainkan syariat sedangkan mereka mengklaim menjaganya adalah, bahawa syariat Musa menetapkan agar seorang anak menginfaki kedua orang tuanya saat mereka menginjak usia tua dan memerlukannya. Tetapi kaum Farisiun memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk lari dan menghindar dari tanggung jawab ini dengan suatu tipu daya yang sederhana. Ketika seorang anak dituntut oleh kedua orang tuanya untuk memberi nafkah, maka ia pergi ke para pendeta dan bersepakat kepada mereka untuk mewakafkan semua hartanya dan kekayaannya kepada haikal, yaitu tempat sembahan kaum Yahudi. Saat itu kedua orang tuanya tidak mampu mengambil sesuatu pun darinya. Ketika mereka berdua telah putus asa dan tidak lagi menuntut padanya untuk memberi nafkah, maka semua harta kekayaannya akan dikembalikan kepadanya oleh para pendeta, dengan catatan hendaklah ia memberikan bahagian tertentu dari hartanya kepada para pendeta itu. Demikianlah yang terdapat dalam Injil Mata.

Di tengah-tengah suasana kebodohan pemikiran yang luar biasa ini, juga terdapat sikap keras kepala dan kejumudan berfikir yang mengelilingi kaum Yahudi. Terdapat tujuh tingkat kesucian dan dua puluh enam solat yang harus mereka lakukan saat mereka membasuh tangan sebelum memakan makanan, namun mereka menganggap bahawa meniadakan pembacaan solat-solat sebagai bentuk pembunuhan terhadap jiwa dengan cara bunuh diri dan tercegah dari kehidupan abadi. Demikianlah kekerasan sikap masyarakat Yahudi yang menunjukkan bahawa moral mereka telah rosak dan dipenuhi dengan kemunafikan yang tiada taranya.

Sementara itu, Isa berjalan menuju tempat beribadah. Orang-orang berjalan di sekelilingnya. Mereka tampak membanggakan pakaian- pakaian yang berwarna dan berharga sedangkan Isa berjalan dengan memakai baju putih dan menampakkan kezuhudannya. Rambut Isa tampak lembut yang mencapai kedua bahunya dan tampak ia basah terkena air awan yang menurunkan gerimis. Kemudian kedua kakinya berjalan di atas tanah sehingga tanah itu dipenuhi dengan bau harum yang tidak diketahui sumbernya. Baju yang dipakai oleh Isa terbuat dari bulu domba yang sangat sederhana dan kasar. Meskipun hari itu hari Sabtu, Isa memetik buah di suatu kebun dan mengambil dua buah yang beliau berikan kepada anak kecil yang fakir dan lapar. Tindakan semacam ini menurut kepercayaan Yahudi dianggap sebagai tindakan yang menentang agama Yahudi.

Isa mengetahui bahawa menjalankan agama yang hakiki bukan terletak pada ketaatan luaran sementara hati jauh dari sikap rendah diri. Oleh kerana itu, Isa mencabut buah dan memberikan makan kepada manusia pada hari Sabtu. Beliau menyalakan api untuk wanita-wanita tua sehingga mereka tidak mati kedinginan.

Isa sering mengunjungi tempat sesembahan orang Yahudi. Isa berdiri di dalamnya dan mengamati para pendeta dan manusia yang hilir mudik di sekitarnya. Sesampainya Isa di tempat sembahan, ia berdiri di dalamnya. Isa mengamat-amati apa yang ada di dalamnya. Dinding-dinding tempat beribadah itu terbuat dari kayu gaharu yang memiliki bau yang harum. Di samping itu, terdapat kelambu-kelambu yang terbuat dari kain-kain yang mengagumkan yang dicampur dengan emas. Juga terdapat lampu-lampu yang terhulur dari atap dan juga ada lilin-lilin yang memenuhi ruangan dengan cahaya. Meskipun demikian, kegelapan menyelimuti hati orang- orang yang ada di situ.

Nabi Isa berdiri cukup lama di tempat penyembahan itu. Setiap kali ia memutarkan wajahnya, ia mendapati para pendeta di sana. Terdapat dua puluh ribu pendeta. Nama-nama mereka tercatat dalam haikal. Mereka adalah kaum Waliyun yang memakai saku-saku yang besar yang di dalamnya ada kitab-kitab syariat. Sedangkan kaum Farisiun, mereka memakai pakaian yang lebar yang sisi-sisinya tertenun dengan emas. Mereka adalah pembantu haikal yang resmi dengan memakai baju-baju mereka yang putih. Adapun kaum Shaduqiyun adalah kelompok para pendeta aristokrat yang bersekutu dengan penguasa di mana mereka memperoleh kekayaan melalui persekutuan ini. Nabi Isa memperhatikan bahawa jumlah pengunjung haikalita lebih sedikit daripada jumlah para pendeta dan para tokoh agama. Tempat penyembahan itu dipenuhi dengan kambing dan merpati yang dibeli oleh para pengunjung tempat penyembahan itu. Mereka menyerahkannya sebagai korban kepada Allah. Yaitu korban yang disembelih di dalam tempat persembahan di atas tempat penyembelihan. Alhasil setiap langkah yang diayunkan oleh para pejalan di tempat penyembahan itu akan menghasilkan wang.

Di tempat penyembahan Yahudi itulah tersingkap hakikat kehidupan kaum Yahudi. Nilai satu-satunya yang disembah oleh manusia di zaman itu adalah wang. Jadi, kemewahan materi atau kekayaan adalah nilai satu-satunya yang kerananya manusia akan bergulat satu sama lain. Dalam hal itu, tidak ada perbezaan antara tokoh-tokoh pembawa ajaran syariat dengan manusia-manusia biasa. Kaum Shaduqiyun dan kaum Farisiun bekerja sama di antara mereka di dalam haikal itu seakan-akan mereka di dalam suatu pasar di mana mereka memanfaatkannya untuk diri mereka dengan terus mencari korban-korban di dalamnya. Sering kali kaum Shaduqiyun dan Farisiun berseteru dalam persoalan syariat dan hukum. Demikian juga, mereka berseteru dalam menentukan korban yang harus mereka raih di haikal itu. Kaum Farisiun berpendapat bahawa haiwan-haiwan korban itu harus dibeli dari harta haikal sedangkan kaum Shaduqiyun menganggap bahawa harta dari haikal adalah hak mereka. Oleh kerana itu, mereka menganggap bahawa haiwan korban itu harus dibeli dengan jumlah tersendiri. Begitu juga kaum Farisiun mewajibkan untuk membakar haiwan yang disembelih di atas tempat penyembahan, sedangkan kaum Shaduqiyun mereka mengambil haiwan sembelihan ini untuk diri mereka sendiri.

Di dalam Talmud disebutkan bahawa kaum Shaduqiyun menjual merpati di toko-toko mereka yang mereka miliki. Mereka sengaja memperbanyak kesempatan-kesempatan yang diharuskan di dalamnya untuk mengorbankan burung-burung merpati sehingga harga seekor burung merpati saja mencapai beberapa Dinar. Melihat hal itu, salah satu tokoh Farisiun yaitu Sam'an bin Amlail mengeluarkan fatwa yang intinya mengurangi kesempatan-kesempatan yang diharuskan di dalamnya seseorang menyerahkan merpati sebagai korban. Setelah itu, harga burung cuma mencapai seperempat Dinar. Pergelutan antara kedua kelompok itu mendatangkan pukulan berat bagi pemilik toko yang menyimpan burung merpati terutama anak-anak dari kepala pendeta.

Nabi Isa memperhatikan apa yang terjadi di sekelilingnya; Nabi Isa melihat kaum fakir yang tidak mampu membeli haiwan korban sehingga mereka tidak mampu berkorban; Nabi Isa melihat bagaimana para pendeta memperlakukan mereka dan memangsa mereka seperti serigala yang buas. Nabi Isa berfikir di dalam dirinya, mengapa binatang-binatang itu mereka bakar lalu dagingnya menjadi asap di udara, padahal di sana terdapat ribuan kaum fakir yang mati kelaparan? Mengapa mereka mengira bahawa Allah SWT redha ketika tempat penyembelihan dilumuri dengan darah, lalu haiwan korban itu dibawa ke rumah-rumah para pendeta dan toko-toko mereka untuk dijual? Mengapa orang-orang fakir banyak berhutang dan mengeluarkan banyak wang untuk membeli binatang-binatang korban? Mengapa binatang-binatang korban itu harus dimiliki dan hanya dirawat oleh para pendeta lalu apa yang mereka lakukan dengan wang-wang ini? Lalu, di manakah tempat orang-orang fakir di haikal itu? Bukankah hal yang aneh ketika seseorang memasuki rumah dengan keharusan membawa wang?

Nabi Isa pergi dari tempat penyembahan itu dan ia meninggalkan kota menuju gunung. Dada Nabi Isa dipenuhi dengan kecemburuan yang suci terhadap yang Maha Benar. Wajahnya tampak semakin pucat ketika melihat berbagai macam kejahatan memenuhi dunia. Nabi Isa berdiri di atas sebuah bukit dan beliau mulai melakukan solat. Titisan-titisan air mata mulai berlinang dari pipinya dan jatuh ke bumi. Nabi Isa mulai merenung dan menangis. Di sana terdapat bunga yang nyaris mati kerana kehausan lalu ketika ia mendapatkan titisan air mata al-Masih, maka bunga itu mekar kembali dan mendapatkan kehidupan. Titisan air mata al-Masih menyelamatkannya, sebagaimana beliau akan menyelamatkan manusia dengan dakwahnya. Di malam yang penuh berkah ini pula, dua orang Nabi yang mulia meninggalkan bumi, yaitu Nabi Yahya dan Nabi Zakaria. Kedua Nabi itu dibunuh oleh penguasa. Sejak kepergian mereka berdua, bumi kehilangan banyak dari kebaikan. Pada malam itu juga, turunlah wahyu kepada Isa bin Maryam. Allah SWT memutuskan perintah- Nya agar ia memulai dakwahnya.

Nabi Isa menutup lembaran halus dari kehidupannya yaitu lembaran yang penuh dengan tafakur dan ibadah. Beliau memulai perjalanannya yang berat dan penuh tantangan serta penderitaan: beliau mulai berdakwah di jalan Allah SWT; beliau mulai membangun kerajaan yang tegak berdasarkan kerendahan hati dan cinta. Kerajaan yang penguasanya bertujuan untuk membebaskan dan menyucikan roh. Kerajaan yang memancarkan sikap rendah diri dan cinta. Nabi Isa ingin menyelamatkan rohani. Ajaran Nabi Isa berdasarkan keimanan terhadap hari kiamat dan kebangkitan. Nilai-nilai dan pemikiran tersebut tidak ditemukan dalam kehidupan orang-orang Yahudi.

Syariat Musa menetapkan pemberlakuan hukum qisas: barang siapa yang memukulmu di pipi sebelah kananmu, maka pukullah pipi sebelah kanannya. Lalu bagaimanakah orang-orang Yahudi menerapkan hukum qisas tersebut? Jika yang dipukul mampu untuk menghancurkan rumah orang yang memukul, maka ia tidak perlu merasa puas hanya sekadar memukul pipi sebelah kanannya, mamun jika ia tidak mampu, maka hendaklah ia memukul pipi sebelah kanannya. Namun boleh jadi hatinya dipenuhi dengan dendam kerana ia tidak dapat menghancurkan rumahnya.

Jadi, kebencian adalah pelabuhan tempat bersinggahnya syariat Musa. Meskipun beliau adalah seorang Nabi yang merupakan cermin cinta Ilahi yang besar namun syariatnya kini berada di bawah kekuasaan hati-hati yang mati, yaitu hati-hati yang penuh dengan dendam dan kebencian. Lalu, apa yang dilakukan Nabi Isa terhadap semua ini? Allah SWT telah mengutusnya dan memperkuat Taurat yang dibawa oleh Musa sebagaimana Allah SWT menurunkannya kepada Musa. Jadi, seorang nabi tidak menghancurkan tugas nabi sebelumnya. Para nabi bagaikan satu mata rantai yang tujuannya adalah satu, yaitu menciptakan kesucian dan mempertahankan kebenaran serta mengesakan Allah SWT.

Kemudian apa yang dilakukan Nabi Isa terhadap syariat qisas tersebut? Yang jelas, tindakan yang dilakukan oleh Nabi Isa murni dari ilham yang didapatinya dari Allah SWT. Nabi Isa mengembalikan kaum kepada tujuan asli dari syariat. Nabi Isa mengembalikan mereka kepada hikmah syariat yang asli. Nabi Isa mengembalikan mereka kepada cinta. Nabi Isa tidak mengatakan sesuatu pun kepada orang yang memukul pipi sebelah kanannya. Nabi Isa tidak berusaha untuk memukul pipi sebelah kanannya. Al-Masih justru akan membalikkan pipi sebelah kirinya. Inilah syariat Nabi Isa yang tidak berbeza sedikit pun dengan syariat Nabi Musa. Ia merupakan kedalaman yang mengagumkan dari kedalaman syariat Nabi Musa. Nabi Isa ingin menetapkan kepada kaum di sekelilinginya tentang sesuatu yang penting. Nabi Isa ingin memberitahu mereka bahawa syariat bukan mengajari kalian untuk meletakkan dendam pada diri kalian lalu kalian memukul lawan kalian. Syariat yang hakiki adalah, hendaklah kalian menebar kasih sayang, pemaaf, dan cinta.

Terdapat banyak binatang-binatang buas di hutan. Binatang-binatang itu mencintai diri mereka sendiri. Mereka bermusuhan dan saling membunuh demi makanan dan minuman. Mereka memberikan makan kepada anak- anaknya. Perbezaan antara manusia dan binatang adalah perbezaan pada tingkat cinta. Haiwan tidak akan mampu melampaui darjat cintanya kepada makhluk yang lain. Atau dengan kata lain, haiwan tidak dapat membagi cintanya kepada jenis yang lain. Sedangkan manusia mampu melakukan hal itu. Di situlah manusia mampu dapat mencapai kemuliaannya dan kemanusiaannya. Al-Masih memberitahu kaumnya bahawa manusia tidak akan menjadi manusia sempurna kecuali setelah ia mencintai orang lain sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
"Aku mendengar bahawa dikatakan, hendaklah engkau mencintai orang yang dekat denganmu dan membenci musuhmu, sedangkan aku berkata kepada kalian, cintailah musuh kalian dan doakanlah orang yang melaknati kalian. Berbuat baiklah kepada pembenci kalian dan solatlah untuk orang-orang berbuat buruk kepada kalian." (Injil Mata).
Dakwah Nabi Isa datang dan menghapus syariat Nabi Musa dalam bentuk luaran. Jika kita berusaha membandingkan dua syariat tersebut dalam bentuk yang sederhana, maka pada hakikat-nya dakwah Nabi Isa bertujuan untuk menghapus bidaah yang dilakukan oleh kaum Farisiun dan Shaduqiun terhadap syariat Nabi Musa dan menunjukkan hakikat syariat ini dan tujuan-tujuannya yang tinggi. Di tengah-tengah masa materialisme yang sangat luar biasa dan dunia dipenuhi dengan penyembahan terhadap emas dan tersebarnya berbagai macam kejahatan, muncullah dakwah al-Masih sebagai reaksi ideal yang menunjukkan ketinggian dan kesucian. Al-Masih mengetahui bahawa ia mengajak manusia untuk menciptakan perilaku ideal dalam kehidupan; Al-Masih menyedari bahawa dakwahnya penuh dengan idealisme tetapi idealisme ini sendiri pada saat yang sama merupakan solusi satu-satunya untuk mengubati kehidupan dari kesengsaraan dan penyakit-penyakit menular; Al-Masih mengetahui bahawa tidak semua manusia tidak mampu untuk mencapai puncak yang diisyaratkannya. Tetapi paling tidak, hendaklah setiap orang berusaha sedikit mendaki sehingga ia selamat.

Dakwah Nabi Isa terdiri dari kesudian yang mengagumkan; dakwah Nabi Isa bertujuan untuk menyelamatkan roh atau dakwah yang dapat dianggap sebagai pedoman perilaku individu, bukan suatu sistem perincian-perincian tersebut dan hanya memfokuskan kepada sumber utama, yaitu roh. Isa ingin menghidupkan rohani manusia dan membimbingnya untuk mencapai cahaya Sang Pencipta. Oleh kerana itu, Isa datang dengan didukung oleh Ruhul kudus. Ruhul kudus adalah Jibril. Kita tidak mengetahui bagaimana Allah SWT memperkuat Isa dengan Roh Kudus: apakah Jibril menemaninya dan menyertainya sepanjang pengutusannya? Jibril turun kepada nabi untuk menyampaikan risalah atau membawa mukjizat atau justru mendatangkan hukuman atas kaumnya, tetapi ia tidak bersama mereka sepanjang waktu. Oleh kerana itu, apakah memang Jibril menemani Isa sehingga beliau diangkat ke langit?

Hampir saja hati menjadi tenang dengan tafsiran ini kerana dalam kehidupan Nabi Isa terdapat sisi-sisi malaikat di mana beliau mempunyai kemampuan yang luar biasa yang berupa mukjizat-mukjizat. Bahkan kemampuan beliau sampai pada batas menghidupkan orang-orang mati dengan izin Allah SWT. Begitu juga, beliau memiliki kemampuan yang luar biasa di mana beliau dengan hanya meniupkan pada suatu tanah, maka tanah itu terbentuk menjadi burung dan ia terbang dengan izin Allah SWT. Selain itu, Nabi Isa sama sekali tidak mendekati wanita sepanjang hidupnya sehingga beliau diangkat oleh Allah SWT. Beliau tidak menikah. Ini juga sifat malaikat di mana kita saksikan bahawa sebahagian para nabi yang diutus oleh Allah SWT dan memiliki beberapa wanita bahkan kitab-kitab Yahudi menyebutkan bahawa jumlah isteri-isteri nabi mereka Sulaiman misalnya, mencapai seribu wanita.

Isa hidup dalam keadaan tenggelam dalam ibadah seperti anak dari bibinya, yaitu Yahya. Jika Yahya khusyuk beribadah dan tinggal di gunung dan gurun bahkan dia menginap di gua, maka hal itu adalah hal yang alami baginya, sedangkan Isa hidup justru di tengah-tengah masyarakat kota. Persoalannya adalah, bukan hanya Isa tidak terkait hubungan dengan seorang wanita dan bukan hanya mukjizat-mukjizat yang diperolehnya yang luar biasa yang berhubungan dengan roh, tetapi yang lebih dari itu adalah, bahawa beliau didukung oleh Ruhul kudus sepanjang masa dakwahnya. Tentu itu adalah nikmat yang tak seorang pun dari para nabi sebelumnya diberi. Allah SWT berfirman:
"(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: 'Hai Isa putera Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan roh kudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat, dan Injil, dan (ingatlah pula) di waktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah), waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan- keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata: 'Ini tidak lain hanya sihir yang nyata.' Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: 'Berimanlah kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.' Mereka menjawab: 'Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahawa sesungguhnya kami adalah orang- orang yang patuh (kepada seruanmu).'" (QS. al-Maidah: 110-111)
Ayat-ayat tersebut menyebutkan lima mukjizat Nabi Isa. Pertama, bahawa beliau mampu berbicara dengan manusia saat beliau masih di buaian. Kedua, beliau diajari Taurat dan Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa telah tersembunyi dan telah mengalami perubahan yang dilakukan oleh orang-orang cerdik dari kaum Yahudi. Ketiga, beliau membentuk tanah seperti burung kemudian meniupkannya lalu tanah itu menjadi burung. Keempat, beliau mampu menghidupkan orang-orang yang mati. Kelima, beliau mampu menyembuhkan orang yang buta dan orang yang belang. Terdapat mukjizat yang keenam yang disebutkan dalam Al-Quran al-Karim:
"(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa putera Maryam, bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?' Isa menjawab: 'Bertakwalah kepada Allah jika betul- betul kamu orang yang beriman.' Mereka berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahawa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.' Isa putera Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling Utama.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barang siapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan) itu, maka sesungguhnya Aku akan menyeksanya dengan seksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia.'" (QS. al-Maidah: 112-115)
Mukjizat yang keenam itu adalah turunnya makanan dari langit kerana permintaan Hawariyin. Juga terdapat mukjizat yang ke tujuh yang terdapat surah Ali 'Imran yaitu beliau diberi kemampuan melihat hal-hal yang ghaib melalui panca inderanya meskipun beliau tidak menyaksikannya secara langsung. Oleh kerana itu, beliau memberitahu kepada sahabat-sahabatnya dan murid-muridnya apa yang mereka makan dan apa yang mereka simpan di rumah-rumah mereka:
"Dan aku khabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu benar-benar beriman. " (QS. Ali 'Imran:: 49)
Inilah mukjizat Nabi Isa yang ke tujuh yang didahului oleh mukjizat kelahirannya yang sangat mengagumkan. Beliau lahir tanpa seorang ayah, lalu diikuti mukjizat berikutnya di mana beliau diangkat dari bumi ke langit ketika penguasa yang lalim berusaha menyalibnya. Barangkali pembaca akan bertanya-tanya: mengapa mukjizat-mukjizat seperti ini diperoleh oleh Nabi Isa? Kita mengetahui bahawa mukjizat adalah hal yang luar biasa yang Allah SWT berikan kepada nabi-Nya. Tetapi pemberian itu menjadi sempurna jika mukjizat itu disesuaikan dengan keadaan zaman diutusnya nabi tersebut sehingga mukjizat itu sangat berpengaruh dalam jiwa kaum dan mampu menggoncangkan hati mereka dan menjadikan mereka beriman kepada pemilik mukjizat ini. Jadi, mukjizat menjadi suatu hal yang luar biasa. Oleh kerana itu, Allah SWT berkehendak agar mukjizat ini sesuai dengan zaman diutusnya nabi tersebut.

Jadi, setiap mukjizat yang dibawa oleh rasul selalu berlain-lainan. Nabi Saleh diutus di tengah-tengah kaum yang melihat bagaimana seekor unta yang melahirkan dari gunung atau mampu membelah batu-batuan gunung. Sedangkan Nabi Musa diutus di tengah-tengah kaum yang gemar memainkan sihir sehingga sihir mendapat tempat istimewa. Oleh kerana itu, mukjizat yang dibawa oleh Nabi Musa bentuk lahirnya seakan-akan menyerupai sihir, tetapi pada hakikatnya ia justru menjatuhkan sihir. Mukjizat itu berupa tongkat yang menjadi ular dan kemudian ular itu memakan tongkat-tongkat para tukang sihir.

Lain halnya dengan Nabi Isa, beliau diutus di tengah-tengah kaum materialis yang mengingkari roh dan hari kebangkitan. Mereka menduga bahawa manusia hanya sekadar tubuh tanpa roh. Mereka adalah kaum yang meyakini bahawa darah makhluk adalah rohnya atau jiwanya. Taurat yang ada di tangan Yahudi menyebutkan bahawa tafsir an-Nafst adalah darah. Disebutkan di dalamnya: "Janganlah engkau memakan darah dari tubuh manusia kerana jiwa setiap tubuh adalah darahnya. "

Nabi Isa diutus di tengah-tengah kaum yang mereka disesatkan oleh falsafah yang dasarnya mengatakan bahawa penciptaan alam memiliki sumber pertama, seperti sebab dari akibat. Jadi, alam memiliki wujud yang mendahuluinya. Di tengah-tengah masa yang materialis ini, di mana roh diingkari, maka secara logik mukjizat Nabi Isa terkait dengan usaha menunjukkan alam rohani. Demikianlah Isa dilahirkan tanpa seorang ayah. Mukjizat ini cukup untuk membungkam kaum yang mengatakan bahawa alam memiliki sumber pertama. Jelas bahawa alam tidak memiliki wujud yang mendahuluinya. Kita berada di hadapan Sang Pencipta yang mengadakan sistem bagi segala sesuatu dan menjadikan sebab bagi segala sesuatu. Dia menjadikan proses kelahiran anak berasal dari hubungan laki-laki dan wanita, tetapi Pencipta ini sendiri menciptakan sebab-sebab dan sebab-sebab itu tunduk kepadanya sedangkan Dia tidak tunduk kepada sebab-sebab itu. Dengan kehendak- Nya yang bebas, Dia mampu memerintahkan kelahiran anak tanpa melalui ayah sehingga anak itu lahir. Dan, kelahiran Isa pun terjadi tanpa seorang ayah. Cukup ditiupkan roh kepadanya:
"Lalu Kami tiupkan ke dalamnya (tubuhnya) roh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam. " (QS. al-Anbiya': 91)
Kelahiran Isa membawa mukjizat yang luar biasa yang menegaskan dua hal: pertama, kebebasan kehendak Ilahi dan ketidak terkaitannya dengan sebab kerana Dia adalah Pencipta sebab-sebab, kedua pentingnya roh dan menjelaskan kedudukannya serta nilainya di antara kaum yang hanya mementingkan fizik sehingga mereka mengingkari roh. Seandainya kita mengamati sebahagian besar mukjizat Nabi Isa, maka kita akan melihatnya dan mendukung pandangan tersebut. Misalnya, mukjizat Nabi Isa yang mampu membentuk tanah seperti burung lalu beliau meniupkannya sehingga tanah itu menjadi burung. Mukjizat ini pun menguatkan adanya roh. Semula ia berupa tanah yang bersifat fizik yang tidak dapat disifati dengan kehidupan tetapi ketika Nabi Isa meniupnya, maka segenggam tanah itu menjadi burung yang memiliki kehidupan, Sungguh sesuatu yang bukan fizik masuk ke dalamnya. Sesuatu itu adalah roh. Roh itu masuk ke dalam tanah sehingga ia menjadi burung. Jadi, roh adalah nilai yang hakiki, bukan jasad atau fizik. Di samping itu, juga ada mukjizat menghidupkan orang-orang yang mati. Bukankah ini juga menunjukkan adanya roh dan adanya hari akhir atau hari kebangkitan. Orang yang mati telah ditelan oleh bumi di mana anggota tubuhnya telah hancur berantakan sehingga ia hampir menjadi tulang-belulang yang hancur lalu al-Masih memanggilnya dan tiba-tiba dia hidup kembali dan bangkit dari kematiannya.

Seandainya orang yang mati hanya berupa fizik sebagaimana dikatakan orang-orang Yahudi, maka ia tidak akan mampu bangkit dari kematiannya kerana fiziknya telah hancur tetapi mayat itu mampu bangkit dari kematian. Jayanya kembali hidup dan ia bangkit dari kuburannya serta berbicara. Jadi, roh adalah nilai yang hakiki. bukan fizik atau jasad. Kalau begitu, di sana terdapat hari kebangkitan dan hari kiamat. Hal ini bukanlah mustahil sebagaimana yang dikatakan orang-orang Yahudi, kerana setelah kematian jasad menjadi tanah yang berterbangan di udara. Itu bukan mustahil tetapi mungkin-mungkin saja. Dalil dari hal itu adalah, kebangkitan orang-orang yang telah mati di hadapan mata kepala mereka sendiri. Nabi Isa telah menghidupkan mereka agar kaumnya yakin bahawa kiamat fizik akan terjadi dari kematian dan itu adalah benar dan bahawa hari akhir adalah benar.

Juga terdapat mukjizat yang lain, yaitu beliau mampu memberi tahu kaumnya tentang apa yang mereka simpan di rumah-rumah mereka, tanpa terlebih dahulu beliau masuk ke rumah mereka atau dapat bocoran dari seseorang. Mukjizat ini menetapkan bahawa panca indera bukanlah nilai yang hakiki. Nabi Isa tidak melihat apa yang ada di rumah mereka tetapi rohnya mampu untuk melihat dan berbicara atau memberitahu mereka. Jadi, rohani adalah nilai yang hakiki, bukan fizik. Demikianlah mukjizat-mukjizat Isa datang untuk memberitahukan pentingnya roh dan kebebasan kehendak Ilahi. Mukjizat-mukjizat Nabi Isa - sebagaimana dikatakan oleh guru kami Muhammad Abu Zahra' - termasuk dari jenis propagandanya dan sesuai dengan tujuan risalahnya, yaitu dakwah untuk mendidik rohani dan keimanan kepada hari kebangkitan dan hari kemudian, dan di sana ada kehidupan lain di mana seseorang yang berbuat baik akan dibalas kebaikannya dan orang yang berbuat buruk akan dibalas keburukannya.

Lalu, apakah mukjizat menghidupkan orang-orang yang mati masih memberikan celah kepada para pengingkaran akhirat untuk terus mengingkarinya atau memberikan ruangan kepada penentang hari kebangkitan untuk meneruskan penentangannya? Kami telah mengatakan bahawa orang-orang Yahudi telah diracuni dengan fikiran ketidakpercayaan atau penentangan pada hari akhirat serta tidak beriman kepada hari akhir, maka menghidupkan orang-orang yang mati yang dibawa atau dikuasai oleh Isa menjadi suatu pukulan telak bagi mereka yang membuat mereka beriman, tetapi mereka masih menentang tanda-tanda kebesaran Allah.

Nabi Isa menutup lembaran kehidupannya yang lembut dan ia mulai berdakwah di jalan Allah. Beliau didukung oleh Ruhul kudus dan mukjizat-mukjizat yang luar biasa. Al-Quran al-Karim menceritakan kepada kita bahawa esensi dakwah al-Masih tidak banyak berubah dari esensi dakwah para nabi sebelumnya, yaitu menyuarakan Islam yang intinya adalah menebarkan tauhid yang sempurna hanya serta menyerahkan diri kepada Allah: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian."

Al-Quran memberitahu kita bahawa yang mengatakan kalimat tersebut adalah Isa. Kalimat tersebut adalah kalimat yang sama yang pernah disampaikan seluruh nabi, meskipun nama mereka, sifat mereka, mukjizat mereka, baju mereka, bahasa mereka, usia mereka, bentuk mereka, dan warna kulit mereka tidak sama. Mereka semua bersepakat untuk menyuarakan Islam dan hanya menyerahkan diri kepada Allah SWT serta beriman bahawa Allah SWT adalah Tuhan mereka dan Tuhan alam semesta. Tiada sekutu bagi-Nya dan tiada yang setara dengan-Nya. Dia Maha Esa yang tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tiada sesuatu pun yang menyerupai-Nya.

Isa tidak mengatakan persoalan tauhid lebih banyak atau lebih sedikit dari apa yang pernah disampaikan oleh para nabi. Al-Quran datang kira- kira setelah lima ratus tahun dari pengangkatan Nabi Isa. Allah SWT, melalui ilmu-Nya yang azali mengetahui apa yang terjadi di tengah- tengah kaum Masehi di mana mereka berselisih tentang hakikat Isa. Oleh kerana itu, Al-Quran al-Karim berusaha menyingkap dialog mereka yang belum terjadi. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?' Isa menjawab: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu,' dan aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.'" (QS. al-Maidah: 116-117)
Al-Quran secara tegas mengatakan bahawa dakwah al-Masih adalah dakwah tauhid. Al-Quran ingin mengatakan bahawa al-Masih terlepas dari segala tuduhan yang dialamatkan kepadanya, yaitu tuduhan bahawa ia anak Tuhan atau ia justru tuhan itu sendiri. "Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu."

Nabi Isa pergi berdakwah di jalan Allah SMT. Inti dakwahnya adalah, bahawa tidak ada perantara antara Pencipta dan makhluk; tidak ada perantara antara seorang penyembah dan yang disembah. Allah SWT menurunkan kitab Injil kepada Nabi Isa. Ia adalah kitab suci yang datang untuk membenarkan Taurat dan berusaha menghidupkan syariatnya yang pertama. Injil adalah cahaya, petunjuk, dan peringatan bagi orang-orang yang bertakwa. Nabi Isa ingin meluruskan tafsiran orang-orang Yahudi terhadap syariat di mana mereka menyampaikan tafsir dari syariat itu secara harfiah dan sesuai dengan kepentingan mereka. Nabi Isa menenangkan orang-orang yang menjaga syariat bahawa ia tidak datang untuk menghilangkan syariat, tetapi ia datang untuk menyempurnakannya dan menyelesaikan tugas para nabi. Namun Isa lebih menekankan pada penafsiran esensinya, bukan kepada bentuk lahiriahnya.

Nabi Isa memberi pengertian kepada orang-orang Yahudi bahawa sepuluh wasiat yang dibawa oleh Isa mengandung makna-makna yang lebih dalam dari apa yang mereka bayangkan. Wasiat yang keenam bukan hanya melarang pembunuhan materi, sebagaimana yang mereka fahami tetapi juga menyangkut penindasan dan usaha mencelakakan orang lain. Sedangkan wasiat yang ke tujuh bukan hanya melarang zina (dalam pengertian terjadinya hubungan antara laki-laki dengan perempuan melalui cara-cara yang tidak sah), tetapi zina berarti segala bentuk perbuatan yang menjurus kepada dosa. Misalnya, ketika mata diarahkan kepada lawan jenis disertai syahwat dan hasrat seksual, maka itu pun berarti zina. Nabi Isa berkata: 
"Sesungguhnya lebih baik bagi manusia untuk menghindarkan matanya dari sesuatu yang dapat menghancurkannya daripada ia harus hancur dengan mata itu sendiri. Syariat yang dibawa oleh Isa melarang untuk melanggar sumpah dan janji Nabi Isa memberi pengertian kepada kaumnya bahawa hendaklah mereka tidak melakukan sumpah palsu kerana merupakan "kesalahan besar jika nama Allah dibuat main-main di atas mulut-mulut manusia." (Injil Mata 21 sampai 48).
Dakwah Nabi Isa juga berbenturan dengan arus materialisme yang sangat mendominasi masyarakat saat itu. Oleh kerana itu, beliau mengingatkan manusia dari perbuatan munafik, pamrih, tamak, dan gila pujian. Begitu juga beliau mengingatkan mereka dari sifat rakus terhadap kekayaan dunia; beliau mengingatkan agar jangan sampai mereka menimbun harta di dunia. Yakni, hendak lah mereka tidak memfokuskan perhatian mereka pada urusan-urusan duniawi semata yang sifatnya tidak abadi. Tetapi hendaklah mereka memfokuskan perhatian mereka pada hal-hal yang bersifat samawi (ukhrawi) kerana itu bersifat abadi.

Nabi Isa memberitahu kepada masyarakatnya agar mereka menjadi orang-orang yang teliti saat memilih gaya hidup mereka kerana pada gilirannya akal mereka akan menjadi cermin darinya. Kecenderungan manusia itu terkait kuat dengan hatinya. Jika hati tertuju kepada cahaya langit, maka kehidupan manusia akan tampak bersinar tetapi jika hati tertuju pada kegelapan dunia, maka kehidupannya pun tampak gelap. Nabi Isa mengingatkan kaumnya dari sikap pamrih dan cinta dunia. Beliau mengajak mereka untuk teliti dalam memilih majikan yang mereka mengabdi kepadanya kerana manusia tidak dapat mengabdi kepada dua majikan dalam satu waktu. Boleh jadi ia akan menjadikan harta sebagai majikannya, atau boleh jadi ia akan menjadikan Allah SWT sebagai tuannya. Jika ia menyembah harta, maka berarti ia jauh dari penyembahan terhadap Tuhannya. Oleh kerana itu, hendaklah...

0 comments:

Post a Comment







Think Positive, Think Islam For All | Something that seems to break the laws of science that makes you think only Allah could have done it | AllahuAkbar | الله أكبر


Copyright © 2014 Islam For All All Right Reserved